PERBEDAAN
ASI dan SUSU SAPI
(1)
ASI, nutrisi yang sempurna untuk setiap bayi
ASI
: Mengandung zat gizi berkualitas
tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi. Antara
lain, faktor pembentuk sel-sel otak, terutama DHA, dalam kadar tinggi. ASI juga
mengandung protein whey (protein utama dari susu yang berbentuk cair) lebih
banyak daripada casein (protein utama dari susu yang berbentuk gumpalan) dengan
perbandingan 65 : 35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap
oleh tubuh bayi.
Susu
Sapi : Perbandingan whey dan casein dalam
susu sapi adalah 20 : 80 sehingga tidak seluruh zat gizi yang terkandung di
dalamnya dapat diserap oleh tubuh bayi. Misalnya, protein susu sapi tidak mudah
diserap karena mengandung lebih banyak casein. Ginjal bayipun harus dipaksa bekerja
ekstra keras untuk membuang casein. Hal ini dapat menyebabkan anak mengalami
gagal ginjal di usia dini.
(2).
ASI mudah dicerna
ASI
: Pembentukan enzim pencernaan bayi
baru sempurna pada usia kurang lebih 6 bulan. ASI sangat mudah dicerna bayi
karena ASI merupakan cairan hidup yang mana di dalam ASI mengandung enzim-enzim
yang dapat membantu proses pencernaan.
Susu
Sapi : sulit dicerna, karena dalam susu
formula tidak mengandung enzim pencernaan. Akibatnya, lebih banyak sisa
pencernaan yang dihasilkan dari proses metabolisme (proses pembakaran zat-zat
di dalam tubuh menjadi energi, sel-sel baru, dan lain-lain) yang membuat ginjal
bayi harus bekerja keras.
(3).
Komposisi ASI sesuai kebutuhan bayi
ASI
: Komposisi zat gizi ASI sejak hari
pertama menyusui biasanya berubah dari hari ke hari. Misalnya kolostrum (cairan
bening berwarna kekuningan yang biasanya keluar pada awal kelahiran) terbukti
mempunyai kadar protein yang lebih tinggi, serta kadar lemak dan laktosa (gula
susu) yang lebih rendah dibandingkan ASI mature (ASI yang keluar hari ke-10
setelah melahirkan). Kandungan kolostrum yang seperti ini akan membantu system
pencernaan bayi baru lahir yang memang belum berfungsi optimal. Selain itu
komposisi ASI pada saat mulai menyusui (foremilk) berbeda dengan komposisi pada
akhir menyusui (hindmilk). Kandungan protein fore milk (berwarna bening dan
encer) tinggi, tetapi kandungan lemaknya rendah bila dibandingkan dengan hind
milk (berwarna putih dan kental). Semakin sering menyusui pada payudara yang
kosong (tidak menimbun ASI), semakin banyak Hind milk yang akan di dapatkan
bayi. ASI hindmilk kaya dengan lemak essential yang baik untuk perkembangan
otak dan mata bayi.
Susu
Sapi : Komposisinya tetap, dan lemak pada
susu formula sulit untuk di uraikan oleh tubuh bayi karena di dalam susu
formula memiliki lebih banyak asam lemak tak jenuh rantai pendek,
sedangkan lemak tak jenuh nya hanya 3%.
(4).
ASI, cairan hidup yang mengandung zat imun
ASI
: Mengandung banyak zat pelindung,
antara lain immunoglobulin dan sel-sel darah putih hidup. Selain itu, ASI
mengandung faktor bifidus. Zat ini penting untuk merangsang pertumbuhan bakteri
Lactobacillus bifidus yang membantu melindungi usus bayi dari peradangan atau
penyakit yang ditimbulkan oleh infeki beberapa jenis bakteri merugikan, seperti
keluarga coli .
Susu
Sapi : hanya sedikit mengandung
immunoglobulin, dan sebagian besar merupakan jenis yang “salah” (tidak
dibutuhkan oleh tubuh bayi),.
(5).
KALSIUM dalam ASI Mudah Diserap
ASI
: Kalsium di dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap
tubuh bayi. walaupun kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu formula, tetapi
tingkat penyerapannya lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh
kadar fosfor, magnesium, vitamin D dan lemak ASI.
Susu
Sapi : Kalsium dalam susu sapi sangat
tinggi, namun Kalsium yang diperlukan tubuh tidak sebesar yang ada dalam susu
sapi. Kalsium dalam susu sapi terdapat dalam lingkungan acid/asam (karena susu
tinggi protein dan protein adalah pembentuk asam alias acid forming); padahal
kalsium lebih mudah diserap dalam kondiai basa/alkalis. Maka tidak heran jika
anak yang diberikan susu sapi justru dapat mengalami kekurangan kalsium, dan di
masa tua justru terserang osteoporosis. Banyak Iklan susu sapi baik berbentuk
susu segar maupun susu yang sudah berbentuk formula di TV yang mengatakan,
“kalau tidak minum susu kita kekurangan kalsium”. Kalsium di susu sapi tidak
bisa diserap tubuh manusia! Jika kita perhatikan di dalam kemasan susu ada
tulisan kecil, sangat kecil, di salah satu sudut kotak atau kaleng susu, yang
menuliskan kalimat semacam “Harus disertai dengan aktivitas fisik yang rutin”,
jadi mereka bisa mengelak dari pasal penipuan kepada masyarakat bahwa
susu tersebut dapat menyebabkan kekurangan kalsium ataupun osteoporosis.
Bahkan, ada salah satu produsen susu sapi yang begitu gencar memasarkan produk
susu kalsium tapi diembel-embeli dengan kalimat ‘berjalan 10.000 langkah
perhari’. Mereka mau menyuruh kakek-nenek yang renta berjalan 10 kilometer
sehari? Itu sangat mustahil, bukannya menjadi sehat malah bisa jadi sakit!
(6).
ASI Selalu Terjaga Kualitasnya
ASI:
Kandungan vitamin dan mineral dalam ASI dipengaruhi oleh simpanan dalam tubuh
ibu, bukan dari asupan vitamin dan mineral secara langsung. Sehingga kualitas
ASI akan terjaga kualitasnya sampai kapanpun, kecuali Ibu mengalami GIZI BURUK
AKUT.
Susu
sapi: diperah dari sapi-sapi yang selalu
disuntik "hormon kehamilan" (estrogen dan progesteron). Nah, hormon
ini selalu membanjir dalam susu. Akibatnya, bayi/anak-anak peminum susu sapi
memiliki risiko lebih besar mengalami pubertas dini, oligospermia (sperma
sedikit), kanker reproduksi, dan lebih mudah stres.
(7).
Memberikan ASI sama dengan menyayangi Bumi
ASI
bersuhu alami segar bebas bakteri, maka tak perlu dipanaskan dan disteril, bisa
mengurangi pemborosan bahan bakar, lagi pula untuk memenuhi kebutuhan
susu bubuk yang berlebihan, dunia kita membutuhkan berapa alam hijau,
bahkan menebang pohon pelindung hutan, untuk memelihara sapi perah yang lebih
banyak ?
Melepaskan
susu bubuk dan menggunakan ASI, bisa menghemat berapa banyak sampah botol dan
kaleng susu yang dibuang? Jika setiap wanita setelah melahirkan mau menyusui
dengan ASI selama 1 tahun, tentunya akan menghemat berapa banyak pembalut
wanita ?
(9).
Dengan ASI, Ibu sehat, cantik dan bahagia
Ibu
yang menyusui setelah melahirkan zat oxytoxin-nya akan bertambah,
sehingga dapat mengurangi jumlah darah yang keluar setelah melahirkan.
Kandungan dan perut bagian bawah juga lebih cepat menyusut kembali ke bentuk
normalnya. Ibu yang menyusui bisa menguras kalori lebih banyak, maka akan lebih
cepat pulih ke berat tubuh sebelum hamil. Ketika menyusui, pengeluaran hormon
muda bertambah, menyebabkan ibu dalam masa menyusui tidak ada kerepotan
terhadap masalah menstruasi, pada masa ini juga mengurangi kemungkinan
terjadinya kehamilan diluar rencana. Menyusui setelah melahirkan dapat
mempercepat pemulihan kepadatan tulang, mengurangi kemungkinan menderita
osteoporosis (keropos tulang) setelah masa menopause. Menurut statistik,
menyusui juga mengurangi kemungkinan terkena kanker indung telur dan kanker
payudara dalam masa menopause. Juga ibu yang menyusui tidak perlu bangun tengah
malam untuk mengaduk susu bubuk, ketika pergi bertamasya juga tidak perlu
membawa setumpuk botol dan kaleng susu, bukankah bisa menjadi seorang ibu yang
santai dan gembira.
Lalu
muncul pertanyaan, setelah anak disapih maka diberikan susu apa? Jawabannya
sudah jelas dan pasti: Anak selepas ASI/disapih TIDAK BUTUH SUSU!
Seringkali kita jumpai anak di atas usia 2 tahun dipaksa minum susu sapi, orang
tuanya tidak sadar bahwa anak itu akan mengalami kesulitan pencernaan, karena enzim
pencernaan manusia untuk mencerna susu juga sudah mulai menyusut pada usia 2-3
tahun. Berbarengan dengan itu, gigi manusia pun SUDAH KOMPLIT di usia 2
tahun. Cocok sekali! Lepas dari ASI, kunyah makanan padatnya!
Prof. Hiromi Shinya dalam bukunya The Miracle of Enzyme
mengungkapkan, pangkal atau miskonsepsi dimana intoleransi laktosa kadang
dianggap tidak ada saat sang anak tidak mencret waktu minum susu. Padahal sang
anak menunjukan gejala alergi lain, infeksi kulit, eksim, gatal-gatal,
sembelit, obesitas, mudah terserang penyakit hingga asma.
Sebenarnya,
sumber kalsium yang baik dan mudah diserap tubuh banyak terdapat pada sayuran
hijau. Misalnya daun kelor (Moringa oleifera). Kalsium dalam 100gr daun kelor
segar setara dengan kalsium pada 6 gelas susu sapi segar. Bahkan mengonsumsi 1
cangkir selada bokor (iceberg lettuce) memberikan kekuatan tulang yang mana di
hari tua dapat mencegah terjadinya patah tulang panggul! (telah dirisetkan oleh para ahli dari Harvard University,
Amerika Serikat yang melibatkan 72.000 wanita).
Kalsium
pada susu yang bukan ASI, TIDAK DIKENAL oleh tubuh manusia karena bersifat
"Non-bio-available"- jadi, bukannya membuat tulang manusia lebih
kuat, malah kalsium akan berpindah ke tempat yang salah dan tempat yang paling
sering menjadi sasaran pendaratan kalsium adalah dinding pembuluh darah!
Bukannya mendapatkan manfaat positif dari susu, justru penyakit yang akan di
derita yaitu penebalan dinding pembuluh darah dan segala akibatnya (sebagaimana
telah dipaparkan dalam salah satu jurnal kedokteran anak oleh Dr. Frank Oski,
Upstate Medical Center Department of Pediatrics, USA).
Orang
Amerika dan Eropa Utara mengonsumsi 800 mg - 1200 mg kalsium sehari, tapi tetap
saja mereka lebih menderita osteoporosis/keropos tulang daripada orang Asia dan
Afrika yang mengonsumsi 300 mg - 500 mg kalsium per hari. Mengapa? daging
merah, gula, tepung dan bahan makanan berupa bumbu non-alam menyebabkan
keasaman darah meningkat. Untuk menetralisirnya, tubuh mengambil kalsium (yang
bersifat alkalis) dari tulang.
Sehingga
masalah osteoporosis bukanlah bahwa seseorang itu tidak cukup memakan kalsium.
Masalahnya adalah mereka kehilangan kalsium. Dengan demikian, mengasup lebih
banyak kalsium ke dalam tubuh bukanlah jawabannya, karena justru dapat
menyebabkan kehilangan lebih banyak kalsium daripada kalsium yang di asup.
Apabila ekstra kalsium yang dikonsumsi berasal dari makanan yang mengandung
protein tinggi seperti susu, keju dan es krim, keadaan menjadi lebih buruk
karena makanan ini adalah pembentuk asam yang sangat tinggi. Tubuhpun kan
semakin kehilangan kalsium.
Belum
lagi jika susu sapi yang miskin gizi itu ditambahkan dengan zat-zat/asam amino
yang diduga sebagai bagian dari kebutuhan perkembangan saraf dan otak. Padahal,
kecerdasan LEBIH DARI SEKADAR ASAM AMINO atau zat yang ditambahkan tersebut.
Dari
hasil konvensi dunia (World Breastfeeding Week, 1-7 Agustus 2006), Elisabeth
Sterken, BSc.MSc Nutritionist INFACT Canada/North America menuliskan bahwa susu
bukan ASI menyebabkan: meningkatnya risiko asma, alergi, penurunan
perkembangan kecerdasan, peningkatan risiko infeksi saluran napas atas,
kekurangan nutrisi, risiko kanker masa anak, risiko penyakit kronik, risiko
diabetes, risiko penyakit kardiovaskuler/jantung, risiko kegemukan, risiko
infeksi pencernaan, risiko radang telinga, risiko semua efek samping akibat
PENAMBAHAN ZAT YANG TIDAK SEMESTINYA DALAM SUSU BUBUK/CAIR (sudah pernah
terbukti mulai bakteri sampai kandungan melamin). Coba perhatikan label makanan
produksi pabrik yang terdapat di balik kemasan. Mungkin anda akan
mengerenyitkan dahi karena ternyata semua susu sudah mengandung laktosa/gula
susu, seperti tersebut di atas.
Namun
supaya anak suka dengan susu pabrikan tersebut, pabrik susu menambahkan
"sukrosa" (gula rantai panjang!) atau "corn syrup" (gula
'pembunuh' nomor satu di Amerika Serikat), belum lagi "perisa" atau
nama lainnya adalah perasa SINTETIS!, dan susunya pun berasal dari
"skimmed, powdered, milk". Bahkan susu cair pun melalui proses skim
dahulu. Anda mungkin bisa terheran-heran, mengapa susu yang sudah cair perlu
dijadikan bubuk, lalu dibuat 'cair' lagi. 30-40 tahun yang lalu, ketika anak
Indonesia mentah-mentah menolak susu karena tidak doyan bau susu dan harus
'dipaksa' minum, produsen susu membuat WHOLE MILK atau susu full cream agar
disukai anak!
Semestinya
para pakar yang memang mau menyuarakan tentang susu, sebelumnya perlu mengikuti
konvensi dunia serupa ini yang memang diselenggarakan bagi para pakar, pengayom
kesehatan dan informasi yang terbaru bagi masyarakatnya. Yaitu konvensi ilmiah
yang berkualitas tinggi dan kredibel yang diselenggarakan tanpa sponsor pabrik
teknologi pangan atau farmasi yang mempunyai kepentingan di dalamnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar