Kamis, 21 November 2013

Let Down Reflex, Kunci Semburan ASI

Banyak dijumpai ibu menyusui gagal memberikan ASI ekslusif untuk bayinya dan menyerah untuk beralih ke susu formula atau memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) secara dini,  hanya karena faktor yang sebenarnya dapat dikoreksi atau bisa diantisipasi. Contoh yang sering kita dengar adalah Ibu menyusui merasa ASI-nya tidak mencukupi kebutuhan bayi dilihat dari parameter bayi rewel sehabis menyusu, atau ketika diperah hasilnya sangat sedikit. Akibatnya emosi ibu menjadi negatif karena sedih, stress dan depresi, akhirnya produksi jadi semakin menurun. Padahal parameter yang dilihat ibu tersebut sifatnya subjektif atau tak bisa dijadikan patokan untuk menilai produksi ASI. Tentu ini akan berkontribusi terhadap kecilnya persentase menyusui exlusif di Indonesia. Pada kisaran tahun 2003-2008 menurut data Unicef WHO (unicef.org), Negara Indonesia memiliki persentase menyusui ekslusif sebesar 30%. Sedangkan dari data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 persentase bayi yang mendapatkan ASI ekslusif hanya berkisar 15,6 %. Kondisi yang memprihatinkan karena hal ini akan mempengaruhi status kesehatan bayi yang riskan meningkatkan angka kematian bayi.
Strategi menyusui yang efektif salah satunya adalah mengkondisikan ASI mengalir lancar dan deras. Kunci pancaran ASI yang adekuat dan memuaskan bayi terletak pada adanya let down reflex (LDR) atau reflek pengeluaran ASI. Ketika ibu berpisah dengan bayi karena pekerjaan, LDR sangat bermanfaat karena membuat kegiatan memerah ASI jadi lebih efisien, menghemat waktu dan tenaga dengan hasil perahan yang cukup banyak.

LDR dipengaruhi oleh kinerja hormon oxytocin yang efeknya pada kelenjar payudara adalah menyemburkan ASI (milk ejection). Oxytocin menyebabkan kontraksi otot-otot myoepithel di sekeliling alveoli mamae, atau kantong-kantong penyimpan susu, sehingga ASI mengalir ke saluran ASI (duktus lactiferous) dan mencapai sinus di belakang areola mamae (area berwarna hitam di sekitar putting susu). Ketika bayi menghisap, ia akan menekan sinus dan ASI mengalir keluar melalui lubang-lubang di puting susu. Butuh waktu beberapa detik sampai menit untuk memunculkan LDR. Limapuluh persen wanita yang menyusui dapat merasakan tanda-tanda LDR seperti ditusuki jarum (cekit-cekit) pada payudara. Terasa atau tidaknya kehadiran LDR bukan suatu tanda ada tidaknya LDR pada saat akan menyusui. Suatu kondisi yang normal ketika LDR tak terasa kuat saat bayi beranjak besar.

Tanda-tanda LDR ada dan berfungsi baik adalah : 
  1. Pada minggu-minggu pertama pasca persalinan ibu merasakan mulas pada perut bawah akibat kontraksi uterus disebut “afterpains”
  2. Gaya hisapan bayi mengalami perubahan. Pada awal menyusu hisapannya pendek-pendek kemudian berangsur kuat dan lama sekali hisap dan bertahan begitu dalam beberapa menit
  3. Ibu merasa sangat rileks, tenang sampai mengantuk
  4. Ibu merasa sangat haus selama menyusui
  5. Bayi menelan ASI dengan kuat dan sering ditandai gerakan otot di depan telinga bayi
  6.  Beberapa ibu mengalami tanda-tanda lain selama LDR berlangsung yakni rasa gatal, mual dan sakit kepala. Hormon oxytocin dikaitkan dengan hormon lain dalam usus yang menyebabkan mual. Rasa gatal biasanya di daerah payudara di bawah lengan karena respon pengeluaran oxytocin ataupun peningkatan aliran darah.
Hal-hal yang menghambat LDR
Normal adanya jika LDR lebih lama muncul saat payudara diperah atau dipompa daripada saat menyusui bayi. Banyak hal dapat memperlambat munculnya LDR atau bahkan tidak terjadi reflek ini sehingga seolah-olah ASI tidak keluar padahal ASI tetap tersedia di “pabriknya”. Hal-hal tersebut yaitu kecemasan, nyeri, rasa malu, stress, kedinginan, konsumsi kafein yang berlebihan, merokok, alkoholik, obat-obatan tertentu, pasca operasi payudara yang menimbulkan kerusakan saraf, situasi krisis yang memproduksi adrenalin yang ekstra sehingga mengurangi atau bahkan memblokade hormon oxytocin. Tak jarang terjadi lingkaran setan dimana bayi rewel karena ASI keluar sedikit dan lambat karena LDR belum muncul, sehingga si ibu menjadi tegang, yang mengakibatkan LDR semakin lambat. Untuk mengantisipasinya ibu mesti rileks.

Memancing LDR
LDR adalah suatu reflek dapatan yang dapat dikondisikan, yang bisa dihadirkan. LDR bisa dimunculkan dengan latihan-latihan dan membuat pancingan. Pancingan ini mestinya dilakukan terlebih dulu sebelum memulai menyusui atau memompa ASI supaya bayi menyusu lebih efektif dan efisien dengan kehadiran LDR. Beberapa cara yang dapat dilakukan misalnya duduk dengan rileks, minum segelas air, dan bernafas dalam-dalam. Ini lebih membantu daripada hanya sekedar duduk dan langsung menyusui. Atau tentukan satu settingan yang biasa dilakukan rutin sebelum menyusui. Bisa dalam bentuk visualisasi, bernafas dalam dan rileks, atau minum secangkir minuman dengan cangkir kesayangan atau minuman yang diyakini menenangkan. Menggunakan pancingan terbukti sangat membantu memunculkan LDR dengan memanfatkan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, maupun perasa tentang bayi anda, yakni dengan melihat foto bayi, mendengarkan tangisan dan ocehannya, mencium bau pakaiannya, ataupun merasakan kelembutan handuk yang sering dipakainya.

Kiat memancing LDR sebelum menyusui :
  1. mandi atau berendam di air hangat
  2. kurangi nyeri jika ada dengan minum analgesik ringan
  3. bersikap tenang dan mengalihkan pikiran yang membebani
  4. mendengarkan dan menikmati musik kesayangan
  5. melakukan skin to skin dengan bayi
  6. minum segelas air
  7. duduk dengan nyaman dengan punggung disangga busa empuk atau menyusui sambil berbaring
  8. berendam di bak air hangat bersama bayi
  9. melakukan massage ringan pada payudara dan merangsang puting susu dengan gerakan memutar-mutar puting dengan lembut
  10. mengompres payudara dengan air hangat
Kiat memancing LDR selama sesi menyusui :
  1. bernafas dalam sebagai teknik relaksasi
  2. menyanyi atau bersenandung
  3. menggunakan visualisasi. Membayangkan bisa merasakan sensasi atau tanda-tanda LDR. Atau membayangkan ASI dapat mengalir bagaikan air terjun. Bisa juga dengan melihat barang perlengkapan bayi dan meletakkan lembut di payudara.
  4. Menenangkan pikiran dan rileks dengan kondisi yang berkebalikan juga bisa dilakukan semisal nonton TV, membaca buku dan sebagainya
  5. Letakkan handuk hangat di dada dan punggung atau meminta pasangan memijat punggung dengan lembut
  6. Susui bayi bergantian antara payudara kiri dan kanan hingga LDR datang (jika aliran ASI sudah adekuat, susui bayi di satu sisi hingga bayi melepaskan hisapan, jangan ditukar-tukar dengan sisi sebelahnya)
  7. Lanjutkan melakukan massage dan tekanan lembut pada payudara selama menyusui 
 Kiat memancing LDR untuk memompa ASI ketika berpisah dengan bayi :
  1. Melihat foto bayi
  2. Mendengarkan rekaman suara tangisan bayi atau suara bayi saat menyusu
  3. Bawa selimut atau pakaian bayi yang habis dipakai lalu cium dan rasakan menjelang sesi memompa
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa ibu menyusui yang terpisah dengan bayinya di Rumah Sakit yang mendengarkan musik, mendengarkan panduan relaksasi, melihat foto bayi mereka, hasil perahan ASI-nya 2-3 kali lebih banyak daripada tanpa pancingan LDR ini (Adv Neonatal Care. 2012 Apr;12(2):112-9).

Sumber : http://thedoctorundercover.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar